Rupiah Layu ke Rp15.919 Sore Ini, Kompak Merah Bersama Dolar AS
Jakarta – Rupiah tertekan pada perdagangan sore ini dan menembus level Rp15.919 per dolar AS.
Nilai tukar mata uang Indonesia tersebut kembali melemah, memperpanjang tren penurunan yang telah terlihat beberapa waktu terakhir.
Dolar AS, yang masih kokoh di pasar global, menjadi penyebab utama pelemahan rupiah,
karena pasar terus merespon rilis data ekonomi AS yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan sebelumnya.
Pelemahan rupiah sore ini semakin terlihat saat sejumlah mata uang lainnya di Asia juga mengalami penurunan serupa terhadap dolar AS.
Meskipun Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi pasar dengan menjual cadangan
devisa untuk menstabilkan nilai tukar, rupiah tetap melanjutkan tren pelemahannya.
Analis mencatat bahwa ketidakpastian ekonomi global, terutama yang dipicu oleh potensi
kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS, turut berperan dalam mendorong penguatan dolar AS.
Selain itu, harga komoditas global yang menjadi salah satu pilar perekonomian Indonesia,
seperti minyak dan batu bara, meskipun sempat menguat, masih belum cukup untuk memberikan tekanan balik yang signifikan terhadap dolar.
Meskipun Bank Indonesia berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, prediksi untuk jangka pendek
tetap pesimis, mengingat potensi ketegangan pasar global yang masih dapat memengaruhi pergerakan mata uang.
Dolar AS Tetap Menguat di Pasar Global
Dolar AS masih menunjukkan penguatan terhadap hampir semua mata uang utama dunia.
Hal ini dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan pertumbuhan lebih baik
dari perkiraan, terutama pada sektor ketenagakerjaan dan konsumsi rumah tangga. Indeks dolar AS,
yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, terus menguat, memperburuk tekanan pada mata uang berkembang termasuk rupiah.
Bank Indonesia Upayakan Stabilitas dengan Intervensi Pasar
Bank Indonesia, melalui pernyataan resminya, menyebutkan bahwa pihaknya akan terus memantau
perkembangan nilai tukar rupiah dan akan melakukan intervensi jika diperlukan untuk menjaga stabilitas pasar.
Meski demikian, BI juga menekankan bahwa pergerakan mata uang global, termasuk dolar AS,
sangat bergantung pada kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat.
Proyeksi Ke Depan: Rupiah Masih Berisiko Tertekan
Sejumlah analis memproyeksikan bahwa rupiah akan terus mengalami tekanan hingga akhir tahun,
terutama jika kondisi pasar global tidak mengalami perbaikan.
Namun, di sisi lain, kebijakan moneter yang lebih hati-hati dan ketegasan Bank Indonesia dalam menjaga
cadangan devisa dapat membantu memitigasi dampak lebih lanjut. Meskipun begitu, stabilitas nilai tukar rupiah tetap bergantung pada sentimen global dan
respon kebijakan ekonomi domestik terhadap tantangan ekonomi internasional yang sedang berkembang.