Menuju Net Zero Emission Perbankan Dorong Pembiayaan Berkelanjutan
Pembiayaan berkelanjutan telah menjadi fokus utama dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pendekatan ini tidak hanya berorientasi pada aspek finansial, tetapi juga mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (ESG) untuk menciptakan dampak positif yang berkelanjutan.
Di tengah transisi menuju net zero emission, sektor perbankan memainkan peran kunci dalam mendorong
pembiayaan hijau untuk mendukung proyek-proyek ramah lingkungan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total kredit berkelanjutan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2019, realisasi kredit berkelanjutan mencapai Rp 927 triliun, dan jumlah tersebut melonjak menjadi Rp 1.959 triliun pada 2023.
Bank Mandiri menjadi salah satu bank yang paling aktif mendorong agenda keberlanjutan ini.
Dengan strategi komprehensif yang mencakup Sustainability Linked Loan, Green Bonds, dan Corporate-in-Transition Financing,
Bank Mandiri berhasil meningkatkan portofolio berkelanjutan sebesar 12,8% secara tahunan pada September 2024.
Komitmen Bank Mandiri juga terlihat dari pertumbuhan portofolio hijau sebesar 16,4% secara tahunan menjadi Rp 142 triliun.
Proyek-proyek yang didanai mencakup energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, dan bangunan
hijau. Contohnya, kredit untuk kendaraan listrik berbasis baterai mencapai Rp 673 miliar pada 2024, meningkat 129,9% secara tahunan.
Selain itu, kredit untuk sektor energi terbarukan naik 6,1% menjadi Rp 10 triliun, sementara kredit untuk energi tak terbarukan menurun dari Rp 24 triliun menjadi Rp 20 triliun.
Sinergi dan Tantangan Pembiayaan Berkelanjutan
Tidak hanya Bank Mandiri, bank lain seperti BNI, BCA, dan BRI juga menunjukkan komitmen serupa. BNI menyalurkan
kredit hijau sebesar Rp 70,9 triliun pada 2024, meningkat 17% secara tahunan. BCA mencatatkan pertumbuhan kredit
berkelanjutan sebesar 8,75% menjadi Rp 87 triliun, sedangkan BRI melaporkan kenaikan 3,6% menjadi Rp 83,3 triliun.
Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengakui bahwa pembiayaan berkelanjutan
menghadapi tantangan besar, termasuk sinkronisasi kebijakan, dukungan sektor riil, dan peningkatan kapasitas SDM di
bank untuk memahami aspek keberlanjutan. OJK berkomitmen untuk memperbarui kebijakan dan mendorong sinergi dengan
kementerian terkait guna mencapai target nasional net zero emission pada 2060.
Menurut Andhyta Firselly Utami, Peneliti Ekonomi Lingkungan, pembiayaan berkelanjutan harus memahami bahwa ekonomi, sosial, dan
lingkungan adalah satu kesatuan yang saling terkait. “Indonesia sedang menuju transisi nir-emisi, dengan target net zero carbon emissions pada 2050,” ujar Andhyta. Langkah ini mencakup pengurangan emisi karbon dan upaya kompensasi melalui penanaman hutan serta teknologi karbon negatif.
Dengan kolaborasi berbagai pihak, pembiayaan berkelanjutan diharapkan dapat menjadi katalis utama dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan mencapai tujuan net zero emission di masa depan.