OJK Imbau Perbankan Kedepankan Kehati-hatian Salurkan Kredit untuk Industri Tekstil
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menegaskan pentingnya prinsip kehati-hatian bagi perbankan nasional dalam menyalurkankredit, terutama untuk sektor-sektor industri yang tengah menghadapi tantangan berat.
Salah satu sektor yang mendapat sorotan adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT), yang dalam beberapa tahun terakhir
mengalami tekanan berat akibat kompetisi global penurunan permintaan ekspor, serta ketergantungan terhadap bahan baku impor.

OJK Imbau Perbankan Kedepankan Kehati-hatian Salurkan Kredit untuk Industri Tekstil
Imbauan ini disampaikan menyusul laporan sejumlah bank yang mulai meninjau kembali portofolio kredit mereka ke sektor TPT.
Beberapa debitur dari kalangan pelaku industri tekstil tercatat mengalami penurunan performa kredit, bahkan sebagian masuk ke kategori restrukturisasi atau kredit bermasalah (non-performing loan/NPL).
OJK Imbau Perbankan Kedepankan Kehati-hatian Salurkan Kredit untuk Industri Tekstil
Industri tekstil merupakan salah satu sektor padat karya strategis di Indonesia. Selain menyerap jutaan tenaga kerja
industri ini juga menyumbang ekspor dan mendukung sektor hulu-hilir seperti petrokimia, logistik, dan perdagangan ritel.
Namun dalam 3 tahun terakhir, sektor ini mengalami penurunan tajam. Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), volume produksi TPT turun hampir 40% sejak 2022, akibat:
-
Meningkatnya impor tekstil ilegal yang membanjiri pasar domestik
-
Fluktuasi harga bahan baku global, khususnya kapas dan polyester
-
Penurunan permintaan dari pasar ekspor utama seperti AS dan Eropa
-
Kenaikan biaya produksi dan energi
Situasi ini menyebabkan banyak perusahaan tekstil harus mengurangi kapasitas produksi, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), bahkan menghentikan operasional sementara.
Peran Kredit Perbankan dalam Kelangsungan Industri
Sebagian besar perusahaan tekstil nasional bergantung pada pembiayaan perbankan, baik untuk modal kerja maupun investasi.
Oleh karena itu, kebijakan kredit dari bank menjadi sangat krusial dalam mendukung keberlangsungan sektor ini.
Namun di sisi lain, risiko gagal bayar juga meningkat, terutama bagi perusahaan yang belum melakukan diversifikasi pasar atau efisiensi operasional.
OJK sebagai pengawas sektor jasa keuangan memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas sistem perbankan
sekaligus memastikan bahwa kredit diberikan secara selektif dan bertanggung jawab.
Imbauan OJK: Wujudkan Kredit Sehat dan Selektif
Dalam keterangannya, OJK menekankan bahwa bank perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam menyalurkan pembiayaan. Hal ini mencakup:
-
Penilaian kelayakan usaha secara menyeluruh, termasuk arus kas, aset, dan profil bisnis debitur.
-
Pemantauan sektor-sektor dengan risiko tinggi, seperti industri yang mengalami tekanan pasar dan perubahan teknologi.
-
Penerapan prinsip know your customer (KYC) untuk memahami karakter dan riwayat bisnis debitur.
-
Penyusunan strategi mitigasi risiko dan pencadangan jika terjadi peningkatan kredit bermasalah.
OJK juga mengingatkan bank untuk tidak terpaku pada volume penyaluran kredit, tetapi lebih fokus pada kualitas dan dampak jangka panjang dari pembiayaan yang disalurkan.
Baca juga:Beras Menuju 4 Juta Ton, Apakah Saatnya RI Ekspor ke Tetangga?
Dukungan Pemerintah Diperlukan
Meskipun kehati-hatian perbankan penting, OJK juga menyadari bahwa industri tekstil tidak bisa dibiarkan tenggelam begitu saja.
Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, termasuk dukungan fiskal dan kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah.
Beberapa langkah yang diharapkan oleh pelaku industri antara lain:
-
Keringanan bunga kredit atau relaksasi pembayaran cicilan
-
Insentif pajak untuk ekspor dan produksi lokal
-
Pemeriksaan ketat impor tekstil ilegal dan proteksi pasar domestik
-
Subsidi energi untuk industri padat karya
-
Penguatan program restrukturisasi kredit oleh bank Himbara dan BPD
Dalam hal ini, OJK mendukung adanya program stimulus yang berimbang, di mana perbankan bisa tetap menyalurkan kredit tanpa meningkatkan risiko sistemik secara drastis.
Respons Perbankan: Konsolidasi dan Penyesuaian Skema Kredit
Sejumlah bank besar telah merespons imbauan OJK dengan melakukan reprofiling kredit untuk sektor tekstil. Ini termasuk:
-
Menyusun ulang skema tenor dan bunga
-
Memberikan grace period pembayaran cicilan
-
Melakukan merger kredit untuk perusahaan dengan anak usaha
Bank Mandiri, BRI, dan BNI termasuk yang melakukan segmentasi risiko terhadap sektor industri dan melakukan pendekatan khusus terhadap nasabah industri tekstil yang mengalami kesulitan.
Bank juga mendorong nasabah untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mencari pasar non-tradisional, seperti Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
Tantangan Lain: Transformasi Teknologi dan SDM
Banyak perusahaan masih menggunakan mesin-mesin lama yang boros energi dan tidak efisien.
Selain itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang terbatas di bidang teknis dan digitalisasi membuat perusahaan sulit bersaing dalam era industri 4.0.
-
Program pelatihan SDM
-
Pemberdayaan UKM mitra industri
-
Digitalisasi proses produksi
-
Investasi pada mesin-mesin efisien dan ramah lingkungan
OJK menilai bahwa perusahaan yang proaktif dalam melakukan transformasi lebih layak mendapatkan dukungan pembiayaan jangka panjang.
Potensi Kebangkitan dan Optimisme Sektor
Meski menghadapi tantangan, sektor tekstil Indonesia masih memiliki potensi besar, terutama karena:
-
Permintaan pasar domestik yang tinggi
-
Dukungan tren fesyen lokal dan produk UMKM
-
Ketersediaan tenaga kerja melimpah
-
Ekspor ke negara berkembang yang masih terbuka
Pemerintah menargetkan kebangkitan sektor manufaktur TPT sebagai pilar pertumbuhan industri non-migas
dengan mendorong pengembangan kawasan industri tekstil terintegrasi.
Peran OJK dalam Menjaga Keseimbangan Sistem Keuangan
Sebagai regulator, OJK memiliki mandat untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas sistem keuangan dan dukungan terhadap sektor riil.
Dalam konteks ini, kehati-hatian bukan berarti penolakan terhadap pembiayaan, melainkan penyusunan kebijakan yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan.
OJK terus mendorong:
-
Bank membentuk cadangan risiko kredit yang memadai
-
Evaluasi portofolio sektor yang terdampak ekonomi global
-
Transparansi dalam pelaporan risiko debitur sektor TPT
-
Konsolidasi data antara perbankan dan pemerintah daerah
Penutup: Jalan Menuju Pemulihan Industri Tekstil
Imbauan OJK kepada perbankan untuk mengedepankan kehati-hatian dalam penyaluran kredit ke industri
tekstil merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan sektor keuangan nasional.
Namun demikian, keberlanjutan industri tekstil juga memerlukan dukungan menyeluruh dari berbagai pihak.
Perlu sinergi antara:
-
Pemerintah sebagai pemberi insentif dan pelindung pasar
-
Perbankan sebagai penyedia modal usaha yang bijak
-
Pelaku industri yang siap bertransformasi dan bertahan
-
Regulator yang menjaga sistem keuangan tetap stabil