KEUANGANINDONESIA | Berita Keuangan, Sumber Informasi Terbaru disini. BISNIS Kredit Konsumsi Konsisten Tumbuh Melambat Hingga April 2025

Kredit Konsumsi Konsisten Tumbuh Melambat Hingga April 2025



Kredit Konsumsi Konsisten Tumbuh Melambat Hingga April 2025

Kinerja kredit konsumsi di Indonesia menunjukkan tren perlambatan hingga April 2025. Berdasarkan data terbaru dari Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit konsumsi memang masih berada di jalur positif, namun kecepatannya mulai menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Fenomena ini menandakan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat serta kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit ritel. Kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil turut memengaruhi minat masyarakat dalam mengambil pinjaman untuk keperluan konsumtif.

Kredit Konsumsi Konsisten Tumbuh Melambat Hingga April 2025

Kredit Konsumsi Konsisten Tumbuh Melambat Hingga April 2025

Pertumbuhan Kredit Masih Positif, Namun Melemah

Hingga akhir April 2025, kredit konsumsi tumbuh sekitar 6,8% secara tahunan (year-on-year), lebih rendah dari pertumbuhan pada April 2024 yang mencapai 8,5%. Penurunan ini terpantau terjadi di hampir seluruh jenis kredit konsumsi, mulai dari kredit kendaraan bermotor, kartu kredit, hingga Kredit Tanpa Agunan (KTA).

Bank Indonesia menyebut bahwa meski angka ini masih menunjukkan pertumbuhan, perlambatan tersebut harus dicermati lebih lanjut. Apalagi, sektor konsumsi menyumbang porsi signifikan dalam struktur PDB Indonesia.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlambatan

Beberapa faktor utama diyakini menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi. Yang pertama adalah tingkat suku bunga acuan yang masih berada pada level tinggi. BI mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 6,25% demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menahan laju inflasi.

Tingginya suku bunga tersebut berdampak pada suku bunga kredit yang ditawarkan oleh perbankan. Akibatnya, masyarakat menjadi lebih selektif dalam mengambil pinjaman, terutama untuk kebutuhan non-produktif.

Selain itu, faktor ketidakpastian ekonomi global juga memengaruhi daya beli masyarakat. Gejolak geopolitik, tekanan inflasi di negara maju, dan harga komoditas yang fluktuatif membuat rumah tangga cenderung menahan konsumsi dan lebih fokus pada pengeluaran pokok.

Perbankan Cenderung Lebih Selektif

Selain dari sisi konsumen, perbankan juga mengambil langkah hati-hati dalam menyalurkan kredit konsumsi. Tingkat kredit bermasalah (NPL) yang sempat meningkat pada kuartal pertama 2025 mendorong perbankan memperketat seleksi calon debitur.

Bank-bank besar pun mulai memprioritaskan kualitas kredit dibandingkan dengan ekspansi agresif. Beberapa di antaranya bahkan melakukan penyesuaian pada limit kredit kartu dan memperketat persyaratan KTA.

Langkah ini dilakukan untuk menjaga kualitas portofolio kredit sekaligus mengurangi risiko gagal bayar di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.

Dampak terhadap Perekonomian Domestik

Perlambatan kredit konsumsi tentu memberikan efek pada sektor-sektor ekonomi terkait, seperti otomotif, elektronik, ritel, dan pariwisata. Penurunan permintaan kredit kendaraan, misalnya, berdampak langsung pada volume penjualan mobil dan motor nasional.

Namun, beberapa analis memandang bahwa perlambatan ini bukan semata-mata sinyal negatif. Dalam jangka pendek, kondisi ini mencerminkan pergeseran perilaku masyarakat menuju konsumsi yang lebih hati-hati dan bertanggung jawab. Di sisi lain, ini memberi ruang bagi sektor produktif untuk tumbuh lebih dominan, seperti kredit modal kerja dan investasi.

Prospek di Paruh Kedua 2025

Melihat tren saat ini, para ekonom memperkirakan pertumbuhan kredit konsumsi akan tetap positif di paruh kedua 2025, meski tidak secepat tahun-tahun sebelumnya. Stabilitas makroekonomi yang dijaga pemerintah dan BI, termasuk target inflasi yang terkontrol, akan menjadi penopang utama.

Jika suku bunga acuan mulai turun secara bertahap pada akhir tahun, potensi pertumbuhan konsumsi rumah tangga bisa kembali menguat. Selain itu, stimulus fiskal dan program bantuan sosial juga diprediksi dapat menjaga daya beli masyarakat, terutama menjelang tahun ajaran baru dan libur akhir tahun.

Baca juga:Siapa Pemilik Rupiah Cepat Fintech yang Dipanggil OJK soal Dana Pinjol

Kesimpulan

Kredit konsumsi yang tumbuh melambat hingga April 2025 mencerminkan dinamika yang kompleks antara kondisi makroekonomi, kehati-hatian perbankan, dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Meski tumbuh lebih lambat, kredit konsumsi tetap menjadi indikator penting dalam membaca arah ekonomi nasional, dan pemerintah bersama otoritas moneter perlu menjaga keseimbangannya agar tetap mendukung pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *