KEUANGANINDONESIA | Berita Keuangan, Sumber Informasi Terbaru disini. BISNIS Warga RI Makin Banyak Pakai Pinjol dan Paylater, Ini Buktinya

Warga RI Makin Banyak Pakai Pinjol dan Paylater, Ini Buktinya



Warga RI Makin Banyak Pakai Pinjol dan Paylater, Ini Buktinya

Integrasi langsung ke e-commerce dan aplikasi transportasi

Minimnya literasi keuangan pada sebagian pengguna

Warga RI Makin Banyak Pakai Pinjol dan Paylater, Ini Buktinya

Warga RI Makin Banyak Pakai Pinjol dan Paylater, Ini Buktinya

Warga RI Makin Banyak Pakai Pinjol dan Paylater, Ini Buktinya

Peningkatan penggunaan pinjol dan paylater paling banyak ditemukan di kelompok usia produktif, terutama:

  • Usia 21–35 tahun (generasi milenial dan Gen Z)

  • Pekerja informal atau freelance

  • Pengguna aktif e-commerce dan ride-hailing

  • Masyarakat urban di kota-kota besar dan satelit seperti Jabodetabek, Surabaya, Medan, dan Makassar

Mereka menggunakan layanan ini untuk memenuhi kebutuhan konsumtif jangka pendek seperti:

  • Belanja online (fashion, gadget, makanan)

  • Pembelian tiket dan akomodasi

  • Modal usaha mikro

  • Kebutuhan darurat medis atau pendidikan

Bukti Nyata: Data Transaksi Melejit

Menurut laporan salah satu platform paylater terbesar di Indonesia:

  • Lebih dari 70% pengguna menggunakan fitur cicilan bulanan.

  • Transaksi tertinggi terjadi saat promo besar, seperti Harbolnas, 11.11, dan Ramadan Sale.

  • Nilai rata-rata pinjaman berkisar antara Rp500.000 – Rp2.500.000 per transaksi.

Untuk pinjol, laporan dari OJK menyebutkan bahwa nilai penyaluran pinjaman online per bulan kini sudah menyentuh angka di atas Rp20 triliun, menunjukkan ketergantungan yang cukup tinggi terhadap skema pinjaman cepat ini.

Dampak Positif dari Tren Ini

Di satu sisi, peningkatan penggunaan pinjol dan paylater membawa dampak positif terhadap inklusi keuangan. Beberapa di antaranya:

  • Akses ke dana cepat bagi masyarakat yang tidak terjangkau layanan perbankan formal

  • Kemudahan transaksi digital tanpa kartu kredit

  • Mendukung pelaku UMKM dalam membeli barang produksi secara fleksibel

  • Meningkatkan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya menggerakkan ekonomi digital

Pemerintah dan regulator bahkan menyebut bahwa kehadiran fintech lending telah mengisi celah pembiayaan mikro yang selama ini belum mampu ditangani bank.

Risiko dan Ancaman yang Mengintai

Namun, tren ini juga menimbulkan risiko yang tak bisa diabaikan, terutama jika penggunaannya tidak disertai literasi finansial yang memadai.

Beberapa risiko yang sering muncul:

  • Tumpukan utang akibat penggunaan pinjol dan paylater dari banyak platform sekaligus

  • Gagal bayar (kredit macet) yang meningkat tiap bulan

  • Penyalahgunaan data pribadi, terutama pada pinjol ilegal

  • Stres finansial dan tekanan mental akibat penagihan yang agresif

Data OJK menunjukkan bahwa tingkat gagal bayar pinjol (TWP90) berada di kisaran 2,95%, angka yang cukup tinggi mengingat pinjaman ini bersifat jangka pendek dan bunga tinggi.

Peran OJK dan Pemerintah dalam Pengawasan

Pemerintah melalui OJK dan Satgas Waspada Investasi telah melakukan berbagai langkah untuk mengendalikan pertumbuhan pinjol dan paylater agar tidak lepas kendali. Beberapa langkah tersebut meliputi:

  • Pemblokiran ribuan aplikasi pinjol ilegal

  • Regulasi bunga maksimal 0,4% per hari untuk pinjol

  • Peningkatan verifikasi identitas dan data pengguna

  • Edukasi literasi keuangan digital lewat kampanye nasional

Untuk layanan paylater, Bank Indonesia mendorong agar penyedia paylater bekerja sama dengan lembaga pembiayaan resmi, bukan sekadar menjual kemudahan cicilan.

Tanggapan dari Masyarakat dan Pengamat

Di media sosial dan forum diskusi, tren ini memicu dua reaksi:

  1. Kelompok yang merasa terbantu, terutama untuk kebutuhan mendesak dan praktis.

    “Paylater sangat membantu saya waktu butuh beli laptop kuliah dan gaji belum cair.”
    – Dwi, mahasiswa di Yogyakarta

  2. Kelompok yang merasa terjebak, karena menggunakan terlalu banyak layanan tanpa kontrol.

    “Awalnya cuma pinjam 500 ribu, sekarang cicilan total udah 2 juta per bulan dari 3 aplikasi.”
    – Dimas, pekerja lepas di Bekasi

Pengamat keuangan pribadi menyarankan bahwa penggunaan pinjol dan paylater harus disesuaikan dengan kemampuan bayar, bukan keinginan konsumtif sesaat.

Baca juga;Pegadaian Ungkap Kinerja empat Layanan Bisnis Bullion Hingga April 2025

Edukasi Keuangan Jadi Kunci Utama

Peningkatan literasi keuangan menjadi poin penting agar penggunaan layanan keuangan digital tetap sehat. Beberapa tips yang disarankan:

  • Gunakan satu layanan paylater saja untuk kontrol pengeluaran

  • Hindari ambil pinjaman untuk kebutuhan konsumtif

  • Catat semua pengeluaran dan cicilan per bulan

  • Jangan tergiur promo jika belum mampu bayar

  • Pastikan hanya memakai aplikasi yang terdaftar resmi di OJK

Kesimpulan: Tren Naik, Tapi Harus Diiringi Kesadaran

Meningkatnya penggunaan pinjaman online dan paylater di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat kini semakin digital dan membutuhkan akses keuangan yang cepat dan fleksibel menumpuk.

Pinjol dan paylater bukan musuh — tapi seperti alat apa pun, bisa berguna atau berbahaya tergantung siapa yang menggunakannya dan bagaimana cara memakainya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *